Selintas Peritiwa

Sejarah Singkat

Keadaan dunia yang tak menentu antara tahun 1930-1940, yang mendorong orang untuk bertanya mengenai masa depan Gereja, merupakan salah satu unsur pengambilan kebijaksanaan Pimpinan Gereja pada waktu itu, agar kelangsungan dan masa depan Gereja dapat terjamin. Maka diputuskannya untuk memulai pendidikan klerus diosesan, yang akan merupakan tonggak-tonggak penopang Gereja setempat. Demikian pula dimajukan kepada Takhta Suci di Roma kemungkinan mendirikan kongregasi religius diosesan pribumi, yang diharapkan mampu karena rahmat Allah menghayati panggilan religius dengan jiwa, semangat dan budaya setempat. Begitu kongregasi diharapkan dalam karya penyebaran iman dengan memakai budaya setempat (Konstitusi AK No. 27).

Maka didirikanlah suatu kongregasi dengan nama “Abdi Dalem Sang Kristus” (ADSK) oleh Mgr. Petrus Johannes Willekens, SJ (Vikaris Apostolik Batavia) di Ambarawa pada tanggal 29 Juni 1938 dengan seijin Kongregasi Suci Penyebar Iman pada tanggal 3 Desember 1937. Kongregasi ini didirikan dengan tujuan ikut serta mengakarkan iman kristiani dalam budaya setempat baik lewat hidup Kongregasi maupun lewat karya-karyanya, dengan pilihan sarana kerasulan ialah mereka yang memerlukan pendidikan dasar dan karya kasih lainnya baik rohani dan jasmani pada tingkat awal.

Pada masa awal berdirinya Kongregasi, untuk mendidik para calon Mgr. P.J. Willekens, SJ minta bantuan Tarekat Suster St. Fransiskus dari Heythuysen Semarang. Para suster pertama didampingi Sr. Magdalena Oosthout, OSF sebagai pemimpin-perintis dan Sr. Seraphica Soemardilah, OSF sebagai pemimpin pendidikan para calon. Tujuh orang suster pertama tersebut adalah Sr. M. Xaveria, Sr. M. Yosephien, Sr. M. Antonia, Sr. Maria, Sr. M. Elisabeth, Sr. M. Fransiska, Sr. M. Margaretha.

Dengan selesainya perang, gedung yang ditempati para suster ADSK di Susteran Ambarawa akan dipakai oleh para suster OSF. Dalam situasi seperti itu para suster mulai memikirkan cara untuk mencari tempat tinggal sendiri, yang kemudian menemukan tanah yang dianggap cocok yaitu di Ungaran, dibeli dengan uang tabungan sendiri. Pada tahun 1954 rumah biara mulai dibangun dengan sisa uang tabungan sendiri dan sumbangan para dermawan dari berbagai pihak, khususnya Mgr. A. Soegijapranata, SJ yang mendukung penggalangan dana dengan mengedarkan brosur baik di Indonesia maupun di negeri Belanda.

Pada tanggal 22 Juli 1955 sebagian biara di Ungaran sudah selesai dibangun, maka para suster ADSK dan anak-anak yatim piatu yang diasuh oleh para suster pindah dari Ambarawa ke Ungaran. Dalam keadaan jaman seperti itu dan dengan memiliki rumah biara sendiri Kongregasi mulai memantapkan hidup dan pembinaan para anggota dan karya kerasulannya.

Dalam perkembangan selanjutnya, Kongregasi meluaskan daerah pelayanan dan menambah karya kerasulan. Agar arti dari nama Kongregasi juga dapat dimengerti oleh orang-orang non suku Jawa, berdasarkan keputusan rapat Dewan Pimpinan Umum Kongregasi tanggal 15 Februari 1970 nama Kongregasi ADSK disebut juga  AK (Abdi Kristus). Para suster berkarya di 28 komunitas tersebar di sembilan keuskupan di Indonesia, yaitu Keuskupan Agung Semarang, Malang, Surabaya, Denpasar, Palangka Raya, Pangkalpinang, Timika, Bogor dan Keuskupan Agung Jakarta. Kongregasi AK terus berkembang dari semula 7 orang hingga Mei 2018 sebanyak 142 orang.

Pemimpin Umum Perintis :

Tahun      1938-1939    Sr. Magdalena, OSF

1939-1945    Sr. Aufrida, OSF

Pemimpin Umum Kongregasi Biarawati AK :

Tahun     1945-1957    Sr. M. Xaveria, AK

  • M. Gabriel, AK
  • M. Gertrudis, AK
  • M. Gertrudis, AK
  • M. Xaveria, AK

1978-1984    Sr. M. Xaveria, AK

  • M. Ignatia, AK

1990-1996    Sr. M. Theodora, AK

1996-2002    Sr. M. Goretti, AK

2002-2008    Sr. M. Goretti, AK

2008-2014    Sr. M. Lisieux, AK

2014-2020    Sr. M. Elfrida, AK