Sejenak saya termenung melihat kembali kehidupan masa laluku. Saya mengalami banyak perubahan yang kadang tidak saya duga akan menjadi sebuah harapan. Sebuah cerita singkat bahwa ketika saya di rumah saya paling benci dengan pekerjaan dapur Karena saya tidak bisa memasak. Suatu pengalaman ketika saya remaja saya diminta orang tuaku untuk tinggal di rumah dan masak nasi. Saya melakukannya dengan terpaksa, hati jengkel maka saya buat api ang besar biar cepat matang. Apa yang terjadi? Gosonglah nasi itu. Itulah pekerjaan yang selama di rumah saya hindari dan jauhi. Setiap kali mendengar dan membicarakan tentang dapur air mataku turun dengan derasnya. Setelah saya masuk biara sampai saat menjadi novis, saya harus bertatapan dengan pekerjaan yang membuat saya pusing kepala,stress dan kosentrasi terganggu, seakan semua pikiranku tercurah di dapur. Itulah job yang menjadi perutusan saya selama menjalani Eksperimen Dalam Rumah(EDR). Sebagai orang yang tidak banyak pengalaman dalam hal masak kadang menjadi penghambat sekaligus menjadi pendorong bagiku. Syukur pada Tuhan bahwa kesempatan belajar memasak aku dapatkan selama EDR ini. Awal menerima tugas ini saya merasa bahagia dan bersyukur karena memiliki harapan serta keterbukaan hati untuk menerimanya. Disisi lain saya merasa berat karena pastilah saya akan mendapat tantangan dan kesulitan yang harus saya hadapi baik dari diriku maupun orang lain.
Selama EDR saya harus membuat rencana program kerja jangka panjang dan pendek. Kendalanya adalah pembuatan daftar menu selama satu minggu. Aku merasa berat karena keterbatasan, kurang berpengalaman, kurang kreatif dan cara kerja yang belum terampil. Seringkali waktu 2 jam terasa hanya seperti 10 menit, kadang terlambat doa, belum lagi pusing karena menunya berubah. Saat meditasi pagi kadang yang muncul adalah “masak apa ya nanti siang?” walaupun sudah dibuat progtam tetapi berubah menurut situasi. Tak mudah bagi saya menjalani EDR ini. Rasa sedih juga saya alami ketika say ingin pekerjaan itu cept selesai ,ternyata lauk yang saya goreng malah gosong. Saya ingin dapat memberikan yang terbaik tetapi terkadang hasilnya tidak sesuai harapan. Saya memberi semangat pada diri saya sendiri untuk berubah dalam hal ketekunan, kesabaran, dan kesetiaan dan saya yakin mampu memberikan yang terbaik bagi orang lain.
Pengalaman yang sederhana ini memberikan makna bagi saya. Saya sangat bersyukur atas kesempatan yang indah pada saat EDR. Banyak hal yang saya temukan setelah menjalani dan mengalami EDR, dimana saya harus berhadapan dengan pekerjaan yang saya tidak suka dan saya hindari. Tuhan telah memberikan kasih dan cinta-Nya melalui perutusan ini. Saya diajak untuk menyadari bahwa dibalik ketidaksukaan pada sebuah pekerjaan ternyata dibalik itu ada cinta dan usaha untuk mengolah diri sehingga semakin akrab dan damai dengan kelemahan diri dan pekerjaan yang menghasilkan suatu ketekunan, kesabaran, kesetiaan dan membuat saya bersandar pada kekuatan serta rahmat Tuhan. Dalam tantangan dan kesulitan yang saya hadapi di dapur, mengajak saya untuk tidak mudah menyerah tetapi berani menghadapi tantangan dan kesulitan hidup. Tidak mudah bagi saya untuk mengakui kelemahan diri dalam hal ini tetapi Tuhan membuka mata hati saya untuk berani menerima kenyataan. Tuhan tidak membuat saya berjalan sendiri dalam kesuitan saya. Tangan-Nya selalu terulur dan siap menolong saya. Ia tidak membiarkan airmata saya selalu mengalir tetapi Tuhan membantu saya untuk tersenyum dan berdamai dengan perutusan saya.
Dalam kebosanan, dan keputusasaan Tuhan memberikan harapan untuk setia dalam melaksanakan setiap tugas dengan sepenuh hati. Tuhan juga mengajarkan saya untuk untuk semakin mengenal diri bahwa dalam kekurangan saya tetap ada sisi positif yang Tuhan anugerahkan bagi saya. Usaha untuk terus maju dan berkembang serta mencintai perutusan, harapan untuk mau belajar memasak, terbuka pada kritik dan saran adalah sarana untuk mengenal cinta Tuhan dalam hidup. Akhirnya saya bersyukur atas apa saja yang boleh saya alami selama EDR. Dapur Novisiat telah membentuk dan mengawali langkah saya untuk maju dan berkembang. Apa yang awalnya menjadi momok sekarang berubah menjadi harapan dan impian. Kedamaian diawali dengan penderitaan yang luar biasa baik fisik maupun rohani. Yesus menjadi ipian bagi setiap orang yang merindukkan-Nya.