Byar Peett

 

 

Pesta kembang api selalu menyemarakan suasana detik-detik pergantian tahun, pukul 00.00selalu ditandai secara istimewa dengan menyalakan kembang api sehingga malam yang gelap menjadi berwarna dan bercahaya. Dengan semarak kembang api yang indah kita ingin mengungkapkan rasa syukur telah menjalani hidup selama satu tahun silam, sekaligus dengan sukacita dan penuh harapan memasuki perjalanan hidup di tahun yang baru. Semarak kembang api di malam tahun baru juga dapat menjadi simbol  semangat kita dalam perjuangan menghayati komitmen hidup yang kita perbarui, tentu dengan harapan agar di tahun yang baru menjadi lebih baik.

Bila kita menelusuri kembali perjalanan hidup kita sejak pukul 00.00 Januari sampai 00.00 Desember, dapat dirasakan dinamikanya. Dinamika yang tidak dapat kita pungkiri adalah semangat yang “byar pet” bagaikan kembang api.Kita mengalami bahwa ada kalanya semangat kita begitu berkobar-kobar melihat banyak hal begitu indah, tetapi dalam waktu yang tidak lama semangat kita itu surut dan keindahan hidup menjadi pudar. Pada saat selesai retret kita begitu semangat membangun niat-niat, sampai di komunitas seminggu berlalu sudah kembali seperti semula. Bahkan kita mengalami dalam sehari saja terjadi dinamika “byar pet” dalam diri kita. Bangun pagi penuh semangat dan di tengah hari sudah merasa loyo.

Sebagai seorang Katolik yang terpanggil untuk semakin kudus kita bersyukur dianugerahi tokoh-tokoh pejuang hidup kudus yang dapat menjadi inspirasi dalam perjuangan hidup. Berkaitan dengan semangat “byar pet”, kita dapat belajar dari Simon Petrus, yang disebut batu karang oleh Yesus sendiri. Simon Petrus termasuk murid pilihan pertama. Dia segera meninggalkan jalanya saat Yesus memanggilnya untuk mengikutiNya. Banyak pengalaman special yang dialaminya bersama Yesus : ibu mertuanya disembuhkan (Markus 1:29-31), dia turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus (Matius 14: 28-29) dia juga yang aktif bertanya kepada gurunya tentang upah mengikutiNya (Matius 19:27). Pertanyaan Yesus tentang siapakah Anak Manusia menghantar Petrus pada pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias Anak Allah yang hidup. Simon Petrus juga mengalami peristiwa Yesus dimuliakan di atas gunung (Matius 17: 1-13).

Pengalaman Simon Petrus yang begitu istimewa bersama Yesus tidak membebaskan dirinya dari sifat kemanusiannya yang memiliki rasa takut, cemas, khawatir, tidak percaya diri, ingin lari dari kenyataan dan seterusnya yang juga mengalami byar pet dalam semangat mengikuti Yesus. Ketika dengan penuh semangat turun dari perahu dan berjalan di atas air , segera kekhawatiran muncul sehingga dirinya tenggelam. Dengan penuh semangat pula Petrus berkata pada Yesus, “Aku akan memberikan nyawaku bagiMu (Yohanes 13:37b) tetapi tak lama kemudian dia diliputi oleh rasa takut dan tidak mengakui bahwa dia murid Yesus.

Dari semangat byar pet Simon Petrus salah satu hal yang menarik alah ketika mengalami pet Simon Petrus tidak lari dan menyangkal diri berlarut-larut tetapi dia tetap hadir dan berkumpul kembai bersama murid-murid yang lain dan Maria Bunda Yesus. Bersama dengan suasana batin yang ada dia menyatukan diri bersama suara batin saudara-saudaranya dalam komunitas. Dalam kebersamaan bersama komunitas itulah Yesus hadir membawa damai dan mencurahkan Roh Kudus. Nyala api roh kudus itulah yang menyanggupkan Simon Petrus menjawab pertanyaan Yesus “Apakah Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau”

Pasang surut dan byar pet semangat kita akan selalu terjadi. Tetapi kita tidak mau seperti kembang api yang setelah byar pet lalu tetap gelap. Namun kita mau seperti Simon Petrus saat menyala Byaarr.

 

Like this article?

Share on facebook
Share on Facebook
Share on twitter
Share on Twitter
Share on linkedin
Share on Linkdin
Share on pinterest
Share on Pinterest

Leave a comment