Maria Hamba Allah Spiritualitas Kongregasi Biarawati Abdi Kristus

Kongregasi Abdi Kristus didirikan oleh Mgr. PJ. Willekens, SJ yang saat itu menjabat sebagai Vikaris Apostolik Batavia pada tanggal 29 Juni 1938. Pada saat awal berdirinya, Maria Hamba Allah dipilih sebagai Pelindung I Kogregasi Abdi Kristus dengan harapan bahwa dibawah bimbingan Bunda Maria, para suster Abdi Kristus memiliki semangat untuk tekun bekerja, saleh dan setia. Penghormatan dan kebaktian pada Bunda Maria menjadi kewajiban dan menjadi jalan untuk menuju pada Bapa maka Bunda Maria dengan kepenuhan kasihnya berkenan dan membagikan rahmat yang diterima kepada anak-anaknya (Konst. AK No. 50). Melalui fiatnya “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1 : 38), Maria menyatakan kesediaan menyambut tawaran Allah menjadi abdi dan hamba. Kesediaan Maria menjadi hamba ini membuatnya berada di pihak kaum hina dina, lemah tak berdaya dan menyerahkan dirinya serta menggantungkan harapannya kepada Allah yang pasti selalu menolong (Konst. AK No. 48). Dalam kesederhanaan sikapnya, Maria selalu terbuka kepada kehendak Bapa dan karya-karyaNya. Berani menerima suatu tugas yang berat dan menjalaninya dengan gembira karena ia menyadari bahwa keterlibatannya dalam karya Allah akan mendatangkan keselamatan bagi banyak orang. Maka, sikap Maria sebagai Hamba Allah inilah yang  merupakan jalan pengudusan dan pengabdiannya kepada Allah. Sikap hamba ini juga yang dipelihara dan dikembangkan dalam hidup panggilan Suster-suster Abdi Kristus (Konst. AK No. 41).

Dalam Decretum (surat kekancingan) Konstitusi Tarekat Abdi Kristus dijelaskan bahwa tujuan Kongregasi Abdi Kristus didirikan adalah untuk menyebarluaskan kabar gembira dengan sarana mengajar dan mendidik pemudi-pemudi, terlebih pada sekolah rendah (bawah), merawat orang sakit dan pekerjaan amal lainnya baik bersifat rohani maupun jasmani. Berdasarkan tujuan ini, Kongregasi Abdi Kristus dengan semangat Maria Hamba Allah siap sedia melayani dan menerima tugas perutusan secara sederhana dan dengan rendah hati dengan memilih berkarya di kota-kota kecil. Maria Hamba Allah menjadi jiwa dan semangat dalam pelayanan tersebut. Maria Hamba Allah juga menjadi ciri khas sekaligus identitas Kongregasi Abdi Kristus. Karena berlindung pada Maria yang “hamba”, maka cara hidup para suster Abdi Kristus memiliki hubungan istimewa dengan Bunda Maria. Jika dilihat kembali tujuan didirikannya kongregasi dan keterkaitannya dengan sikap Maria sebagai hamba, maka setiap anggota Kongregasi Abdi Kristus memiliki semangat kesederhanaan dan kerendahan hati seperti Bunda Maria yang menerima tugas dari Allah dengan kesiapsediaan, mengesampingkan ego pribadi demi tujuan yang lebih mulia. Para suster Abdi Kristus menghayati semangat ini dalam kehidupan sehari-hari baik di komunitas, dalam karya pelayanan, hidup menggereja maupun di masyarakat.

Dalam Dokumen AK “Nilai-nilai Spiritualitas Maria Hamba Allah Kongregasi Biarawati Abdi Kristus” (2018) ditemukan tujuh nilai keutamaan yang menjadi landasan cara hidup dan pelayanan para suster Abdi Kristus. Ketujuh nilai tersebut adalah beriman, setia, penyerahan diri, sederhana, berkomunitas, terlibat dalam gereja dan masyarakat dan misioner. Penghayatan ketujuh nilai spiritualitas ini sebagai berikut :

  1. Beriman, yaitu kemampuan untuk selalu mengandalkan Allah, rendah hati, bersyukur, sukacita seperti Maria yang menjadi model dasar manusia beriman. Iman Maria adalah sukacita yang berdasarkan pada kerendahan hati mencari kehendak Allah (Surat Ensiklik “Redemptoris Mater” Bapa Suci Yohanes Paulus II, 81). Setiap anggota Kongregasi Abdi Kristus selalu melibatkan Tuhan dalam setiap tugas pelayanannya, melayani dengan tulus, selalu berdoa, bermeditasi dan percaya pada penyertaan Tuhan dalam panggilan.
  2. Setia, yaitu mengusahakan secara terus-menerus sikap hati yang loyal, tekun, konsisten, konsekuen dan berpengharapan. Dengan cinta Maria sebagai seorang ibu, Maria menjaga saudara-saudara anaknya yang masih mengalami kecemasan sampai mereka masuk ke tanah surgawi (LG. 62). Maria terlibat dalam kehidupan Gereja yang berziarah di dunia. (Konst. AK No. 46). Setiap anggota kongregasi menghayati kesetiaan dengan setia menghayati kaul-kaul yang telah diikrarkan yaitu kaul kemiskinan, kaul ketaatan dan kaul kemurnian. Kesetiaan dalam menghayati kaul ini berdampak pada kesetiaan anggota kongregasi dalam menghayati panggilannya pada Tuhan melalui karya pelayanan.
  3. Penyerahan diri, yaitu kemampuan untuk melakukan tugas dan panggilan dengan kasih, sepenuh hati dan jiwa raga, optimal, bertanggung jawab, kerja keras, mandiri, ulet dan tangguh. Maria menyerahkan diri seutuhnya sebagai abdi Tuhan dan karya penyelamatan-Nya dan bekerjasama dengan karya penebusan Allah (Konst. AK No. 43). Maria menyerahkan diri pada kehendak Bapa dan terbuka untuk terlibat dalam karya-Nya. Para Suster Abdi Kristus menghayati nilai penyerahan diri dengan siap sedia pada tugas pelayanannya. Menyerahkan diri dan apapun yang dilakukan pada kehendak Tuhan. Melalui kaul yang sudah diikrarkan, para suster menyambut tawaran rahmat panggilan Allah dan menyerahkan diri seutuhnya pada kehendak-Nya.
  4. Sederhana, yaitu kemampuan untuk mengutamakan sikap terbuka, ramah, jujur, sopan, bersahaja dan santun. Seperti Maria yang mengambil sikap hamba dengan menyambut tawaran Allah dengan kesederhanaan dan penyerahan iman (Konst. AK No. 47). Dalam pelayanannya, para suster tidak mencari keuntungan untuk diri pribadi, melainkan demi kepentingan bersama. Cara hidup dalam komunitas dihayati dengan semangat kesederhanaan karena kesederhanaan iman merupakan kharisma Kongregasi Abdi Kristus.
  5. Berkomunitas, yaitu kemampuan untuk membangun komunitas yang komunikatif, interaktif, dialogis, kerja sama, persaudaraan dan memaafkan. Dalam Konstitusi AK No. 275 dinyatakan bahwa komunitas adalah sesungguhnya merupakan kesatuan antara saudara, wanita-wanita saleh bersama Maria menyertai dan terlibat dalam perutusan Gereja. Dalam komunitas, para suster membangun persekutuan untuk menjalankan tugas-tugas pengabdiannya.
  6. Terlibat dalam gereja dan masyarakat yaitu kemampuan untuk mewujudkan pelayanan yang siap sedia, ikhas, peka, responsif, inovatif, terbuka pada perkembangan jaman, inspiratif, aktif, kreatif, supportif, positif. Nilai ini sesuai dengan peran Maria saat menanggapi kebutuhan manusia seperti dalam peristiwa pernikahan di Kana yang merupakan wujud perhatian Maria pada manusia. Maka dalam keterlibatan ini, para suster membangun sikap saling menghargai dalam masyarakat serta menumbuhkan kesatuan dan persaudaraan masyarakat dalam kebhinnekaan. Selain itu, perlu juga melestarikan budaya musyawarah dan berdialog dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi. Kehadiran para suster di masyarakat menjadi tanda keselamatan dan sapaan Allah dalam kesederhanaan dan dengan perkara-perkara kecil yang dapat dimengerti oleh masyarakat (Konst. AK No. 209).
  7. Misioner, yaitu kemampuan untuk selalu sadar sebagai utusan, menyatu dengan yang dilayani terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel, meneguhkan dan mengakarkan iman yang sesuai dengan budaya setempat. Jawaban Maria dalam Lukas 1:38, ”Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” menunjukkan kesadaran Maria sebagai seorang utusan. Anggota kongregasi Abdi Kristus aktif terlibat dalam menanamkan iman pada umat Allah.

Ketujuh nilai spiritualitas Maria Hamba Allah ini dihayati dalam kehidupan sehari-hari setiap anggota suster Abdi Kristus. Meskipun dalam keterbatasannya sebagai manusia, para suster tetap selalu memohon penyertaan Tuhan dalam setiap langkahnya agar dimampukan dalam mengemban perutusannya. Nilai-nilai spiritualitas ini juga diterapkan pada karya pelayanan kongregasi yaitu di bidang pendidikan (TK, SD, SMP dan SMK) yang diterapkan pada peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, karya kesehatan (klinik dan balai pengobatan) yang diterapkan pada tenaga medis dan non medis serta dalam karya sosial (panti asuhan) yang diterapkan pada anak asuh, tenaga pengasuh dan karyawan.

Cara hidup dan karya pelayanan para suster Abdi Kristus tidak lepas dari semangat Bunda Maria agar dalam kesehariannya para suster Abdi Kristus selalu memiliki dan menghayati spiritualitas Maria Hamba Allah.

 

Sr. M. Rita, AK

 

Like this article?

Share on facebook
Share on Facebook
Share on twitter
Share on Twitter
Share on linkedin
Share on Linkdin
Share on pinterest
Share on Pinterest

Leave a comment