Nuansa sukacita hampir pasti dirasakan oleh siapapun menjelang maupun saat merayakan Natal. Bahkan mereka yang tidak merayakan sekalipun, yang hatinya terbuka pasti “tertular” aura gembira. Menyambut dan merayakan suatu kelahiran memang pada umumnya membangkitkan rasa bahagia, baik oleh yang mengalami maupun yang mengetahui atau mengunjungi.
Kelahiran Juruselamat disambut bahagia oleh ayah bunda-Nya, Bapa Yosef dan Bunda Maria, para malaikat, gembala, dan orang-orang majus dari timur. Peristiwa dua ribu tahun lebih yang lalu selalu kita kenang dan rayakan dengan sukacita, dengan rasa yang mungkin hampir sama dengan peristiwa di Betlehem waktu itu, tentu dengan situasi dan bentuk yang berbeda.
Saat ini pusat perbelanjaan termasuk bisnis online, toko-toko, banyak menyajikan atau menawarkan ornamen Natal. Demikian pula rumah keluarga memasang pernik-pernik Natal seperti pohon Natal dari berbagai bahan, asesoris, dan di berbagai tempat berkumandang lagu-lagu Natal. Banyak hal dibuat untuk menawarkan atau menciptakan suasana Natal, suasana gembira.
Segala hal yang dapat dilihat mata dan yang dapat didengar telinga dibuat oleh manusia untuk memenuhi bahkan memuaskan keinginan. Namun apakah semua itu sungguh bermakna dan memberi kebahagiaan sejati? Tak ada yang salah dengan bentuk atau ungkapan sukacita. Namun merayakan Natal dengan kesungguhan hati kiranya tidak hanya sebatas yang tampak secara lahiriah.
Memandang secara mendalam Yesus kecil di palungan di kandang hewan. Memandang saja tanpa memikirkan apa-apa atau menganalisa. Biarlah Tuhan sendiri yang akan berbicara, menyapa dan menyentuh hati kita. Tentu pengalaman setiap pribadi akan berbeda. Mungkinkah Tuhan Yesus berkenan lahir kembali… di hatiku?
Memandang hati. Apa yang ada di sana? Bisa jadi hati kita penuh berisi “dunia”. Berbagai macam persoalan, kekuatiran, kegelisahan, pergulatan, namun juga impian dan harapan. Bagaimana aku menyiapkan ‘hati’ agar layak menjadi palungan bagi Yesus? Apakah hatiku mampu menyerupai hati-Nya yang penuh belas kasih?
Terbentang luas kesempatan untuk menata dan menyiapkan hati menyambut kelahiran-Nya. Salah satu contoh konkrit adalah gerakan belarasa dan berbagi kasih menyambut Natal dengan kegiatan penggalangan dana bagi guru honorer. Asosiasi Alumni Jesuit Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Karina KWI mengadakan “Caritas Christmas Cross Challenge”, suatu kegiatan olah raga virtual untuk mendukung guru honorer Indonesia dan perbaikan sarana prasarana untuk penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang layak di sekolah.
Para Suster Abdi Kristus (AK) juga terlibat sebagai “Tim Abdi Kristus” dengan kegiatan jalan, lari, gowes di tempat masing-masing. Dalam kegiatan tersebut para suster bahkan sekaligus belajar banyak hal, meretas batas: membentuk tim (Tim AK dan Tim IT), bekerja sama, komunikasi, belajar aplikasi Strava dan Aktivin, berlatih, membuat publikasi, berproses sebagai satu tim dan beraksi nyata dengan jalan-lari-gowes. Indahnya berbagi berkat, semangat dan bonusnya sehat.
Baik ke “dalam” maupun ke “luar” kita dipersatukan, dipererat kasih persaudaraan dan solidaritas sebagai satu umat manusia. Terlibat dalam satu gerakan bersama dengan rela dan sukacita untuk kemanusiaan. Bagi para suster diluar tim juga tetap dapat terlibat antara lain dengan mendukung, men-share kegiatan dan membantu mencari donasi. Sungguh luar biasa Roh Kudus berkarya menggerakkan banyak orang untuk berbagi apapun yang dimiliki. Talenta, tenaga, waktu, dana, dan yang utama hati yang berbelas kasih.
Semoga hati kita mampu menjadi palungan yang layak dan hangat bagi Yesus.
Merry Christmas 2020 and Happy New Year 2021.
Ungaran, Medio Desember 2020
Sr. M. Bertha Sisilia Priyantiningsih, AK