Suatu siang saya WA seorang teman sekedar say hello. Dia baru saja memulai usaha berjualan makanan dan minuman secara offline dan online setelah sekitar sebulan yang lalu di-PHK dari pabrik tempatnya puluhan tahun bekerja. WA tersebut dibalas malam hari sekitar pk. 23.00 sambil mendampingi anaknya mengerjakan tugas sekolah karena seharian belum sempat mengurus anak. Woww…sementara saya sudah santai dan mau berangkat tidur. Katanya semua dilakoni demi cintanya pada suami dan tiga anaknya. Suaminya yang buruh pabrik sudah sering sakit, tiga anaknya masing-masing SD, SMP, SMA. Peran ganda dijalaninya dengan ikhlas, memasak, mencuci, mengurus anak, suami, bekerja sampai ‘lupa’ diri sendiri. Sungguh luar biasa cinta seorang ibu bagi keluarganya.
Peristiwa di-PHK sempat membuatnya shock, galau, stress, tiba-tiba kehilangan pekerjaan, teman, suasana yang selama ini telah dijalani dan nikmati sekian lama. Untunglah dia tak berlama-lama dalam situasi itu. Rasa cinta dan tanggung jawab yang besar memberinya energi untuk bangkit dan berani berjuang.
Tiba-tiba pikiranku dibawa kepada satu kata yang tak pernah lekang oleh masa. CINTA. Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus berkata, panggilanku adalah cinta. Betapa indahnya dunia bila yang meraja hanya cinta. Yang menghidupi segala, yang melingkupi apa saja. Cinta membuat segala beban menjadi ringan. Cinta mampu mengubah, membuat seseorang mau melakukan apa saja demi yang dicintai.
Cinta macam apa diajarkan Tuhan kepadaku?
Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat (Rm. 12: 10).
… sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi (Yoh. 13: 34).
Ada yang menarik dari ajaran ini. HARUS. Artinya mesti, tidak boleh tidak, harus dilakukan, tak ada alasan, tak ada tawar menawar, kita harus saling mengasihi.
Jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu (Yoh. 13: 14).
Sama dengan “harus” hukumnya WAJIB bagi kita untuk ‘saling membasuh’, saling mengasihi, saling melayani.
Kupandang salib. Dia telah memberikan semuanya. Seluruh hidup-Nya, bahkan nyawa, demi umat manusia, demi aku. Kupandang diriku, begitu tak layak menerima cinta-Mu. Engkau tahu sisi kelamku. Engkau tahu kerapuhanku. Namun Engkau seperti tak peduli. Engkau tetap mencintaiku, mengasihi apa adanya.
Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh. 15: 13).
Kalvari adalah kisah cinta. Hanya karena cinta, seluruh hidup diberikan. Cinta yang tak bertepi, tak bersyarat, tak terhingga. Pengorbanan tiada tara. Kekal abadi kasih cinta-Nya. Berhadapan dengan Sang Mahacinta, tak bisa lain selain kutundukkan diriku, hatiku. Yesusku, tolonglah, bersihkanlah, jamahlah hatiku agar mampu memiliki hati seperti hati-Mu. Hanyalah memberi, mencintai, mengasihi. Syukur dan terima kasih Yesus Tuhanku.
Selamat merayakan sukacita Paskah.
Marilah kita bangkit, meretas batas, melayani dengan hati.
Ungaran, Sabtu Suci 03042021
Sr. M. Bertha Sisilia Priyantiningsih, AK