Ada pemandangan berbeda hari itu di danau Civita Youth Camp (CYC). Terdengar suara teriakan yang sungguh melengking. Setelah diselidiki dengan seksama, ternyata ada dua orang anak Tuhan, yaitu Diakon Vence Sompotan, OCD dan aku Sr. M. Rita, AK yang sedang mangarungi danau Civita dengan sebuah kapal pesiar super mini alias perahu kayu berwarna biru berkayuh hijau ala Pak Markus (karyawan bagian kebun di CYC).
Siang itu setelah makan, kami rekreasi menikmati tenangnya danau Civita. Kloter pertama adalah Diakon Vence dan aku. Sedangkan penumpang lain bersabar menunggu antrian di tepi danau. Wah… ini menjadi pengalaman pertamaku naik “kendaraan” di atas air. Takutnya luar biasa, seperti ada di tengah samudera raya. Padahal danau Civita tidak lebih luas dari Novisiat St. Theresia di Gedanganak. Saat perahu goyang banyak doa yang meluncur dari mulutku. Tetapi, lama-lama aku mulai menikmatinya… apalagi setelah berada di tengah danau rasanya tenang sekali. Lupa dengan para calon penumpang yang bertebaran di tepi danau.
Setelah mengarungi beberapa sudut danau kami pun kembali ke dermaga. Namun, tiba-tiba aku merasa ada yang aneh dengan perutku… Ya Tuhan.. sepertinya aku mabuk danau. Rasanya seperti mual dan pusing… aneh bin ajaib. Maklum wong ndeso seperti aku memang belum pernah pergi jauh yang mengharuskan aku menaiki transportasi laut. Sehingga pengalaman perdana ini diawali dengan rasa takut, dilanjutkan ketenangan, tetapi diakhiri mabuk.
Akhirnya, tibalah aku di tepi danau untuk berlabuh. Aku berterimakasih tak henti-henti pada Tuhan karena aku bisa selamat sampai tujuan.
Kloter kedua giliran Diakon Deus dan 2 kurcaci, yaitu anak anjing berusia 3 bulan bernama Gobio dan Super. Perjalanan pada awalnya berjalan mulus, Gobio dan Super pun bisa duduk manis, namun tiba-tiba Casambi (saudari kurcaci) juga terlihat ingin ikut. Akhirnya Diakon Deus menepi untuk menjemput Casambi. Lalu pelayaran pun dimulai. Belum sampai setengah perjalanan, tiba-tiba Super menceburkan diri ke danau. Lalu ia berenang ke tepi. Kami pun berduyun-duyun menolongnya. Setelah Super secara susul menyusul giliran Gobio dan Casambi juga ikut menceburkan diri. Kami tambah heboh. TIM SAR CYC ala kadarnya menolong kedua anjing heroik itu. Tinggallah Diakon Deus seorang diri yang melanjutkan perjalanan dengan perahu tersebut. Setelah selesai berlayar ia pun menepi. Dilanjutkan kloter ketiga, yaitu rombongan Sr. Yoaneta, CB dan Sr. Mekhtilde, CB; tak lupa Diakon Vence kembali ikut bergabung karena sebagai nahkoda. Perjalanan berjalan dengan mulus tanpa gangguan karena para awak penumpang sudah berpengalaman.
Perahu sederhana ini memang menjadi idola di Civita. Karena sebagai pengganti gethek terdahulu yang sudah usang. Gethek yang dulu hanya terbuat dari dua buah ban karet yang diikat dan di atasnya diberi bamboo. Keadaanya sudah memprihatinkan karena nyaris tercerai-berai antara satu dengan yang lainnya. Ia pun akhirnya pensiun dan diganti oleh perahu kayu baru. Perahu ini adalah perahu maha karya perdana Pak Markus. Dulu ketika Pak Markus masih tinggal di Kalimantan, ia biasa membantu ayah angkatnya membuat perahu. Dan pengalamannya ia buktikan dengan terwujudnya sebuah perahu biru berlogo CYC yang menjadi daya tarik baru di CYC. Tak main-main, CYC pun menyediakan pelampung bagi para penumpang agar menjadi semakin mirip dengan Titanic.
Sungguh pengalaman luar biasa bagiku untuk dapat sejenak relaks dan menikmati indahnya ciptaan Tuhan melalui karya alami-Nya maupun karya-Nya melalui tangan-tangan orang pilihan-Nya.