Sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang suster biarawati. Kenapa ? karena aku terkesan oleh salah satu suster Ursulin yang ketika keluargaku berkunjung aku selalu di sapa dengan ramah dan diajak keliling biara dan memberi makan ikan. Masih sangat jelas aku ingat peristiwa saat itu.
Lulus SMK aku berniat masuk suster Abdi Kristus (AK), keluargaku sudah tahu tentang keinginanku dan sudah menghubungi Biara AK yang berada di Klaten. Hari Senin aku berencana untuk mengujungi biara AK di Wedi Klaten, namun setelah kupikir-pikir dan aku melihat kondisi keluargaku, ahkirnya aku membatalkan niatku dengan alasan yang tidak aku sampaikan kepada keluargaku yaitu aku ingin membantu dan memulihkan ekonomi orang tuaku terlebih dahulu bila sudah membaik dan Tuhan menghendaki lagi aku menjadi abdi-Nya aku akan datang lagi ke biara AK. Aku sengaja tidak memberi tahu alasanku kepada orang tuaku karena bila aku beri tahu pasti mereka tidak menyetujuinya. Kurang lebih 2 tahun aku bekerja, keinginan menjadi suster biarawati itu muncul lagi, berawal dari hobyku nonton di bioskop. Aku masih ingat sekali pada hari Sabtu malam minggu aku mengajak temanku nonton film ‘The Nun’ yang baru saja rilis. Ditengah-tengah nonton aku bercerita dengan temanku bahwa dulu aku pernah ingin menjadi suster biarawati seperti itu, dengan kaget temanku seakan tak percaya berkata. Entah mengapa aku terus teringat akan keinginanku menjadi seorang suster biarawati. Hari berikutnya tak seperti biasa aku sangat bersemangat sekali untuk pergi misa di Gereja, saat menyanyikan lagu Bapa Kami aku benar-benar bisa mendalami lagu itu sehingga membuatku meneteskan air mata, aku menjadi sadar bahwa banyak dosa yang sudah aku perbuat seperti kurang menghormati dan berbakti orangtuaku, tidak mau mengalah dengan adik-adikku dan yang paling parah jarang mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja dan doa lingkungan. Malahan aku lebih mengutamakan hobyku seperti nonton konser band akustik, noton film di bioskop, nonton bola di stadion dan berlatih atau melatih pencak silat. Iya aku sangat menyesal akan apa yang sudah aku perbuat, aku terus menatap salib Yesus sambil bertanya dalam hatiku, ‘Tuhan Engkau mengorbankan tubuh-Mu dan dihina, disalibkan dan mati dikayu salib demi aku orang berdosa ini, ampuni aku Tuhan. Oh aku tahu, aku akan bekerja keras dan sebagian uangnya akan ku berikan untuk kolekte Gereja, tidak-tidak, sepertinya masih kurang. Aku dulu waktu SMP pernah tinggal di PA milik suster AK baik sepertinya aku menjadi donator untuk PA itu, iya aku akan mengabdikan diri untuk menolong mereka yang membutuhkan. Sepertinya kurang, oh Tuhan lalu apa yang harus aku perbuat? apa aku harus menjadi biarawati yang memberikan seluruh hidupnya mengabdi kapadaMu? dan meninggalkan semua yang aku miliki dan keluargaku? iya ada benarnya juga, karena dengan demikian aku benar-benar bisa mengabdiNya secara penuh dan total.”
Aku sempat ragu akan niatku ini, mungkinkah ini panggilan Tuhan atau hanya keinginanku sesaat?! Dalam hatiku aku berdoa kepada Tuhan bila ini memang panggilan-Nya kuatkanlah, bila bukan, cepat sadarkan aku. Pulang dari gereja aku beritahukan keluarga ku tentang keinginaku ini dan respon mereka baik. Bapakku langsung Tanya-tanya tentang suter AK.
Aku mulai mengenal suster-suster dengan tinggal bersama di komunitas pembinaan dan akhirnya diterima menjadi Postulan. Aku selalu ingat akan Tuhan yang memanggilku dengan cara-Nya yang unik aku tak pernah menyangka bahwa cinta Tuhan begitu besar padaku. Aku sempat merasa tak pantas dan merasa bahwa aku adalah seorang pendosa, namun dari hari ke hari aku sadar bahwa Ia memanggilku bukan karena kesucian dan kehebatanku namun karena cinta-Nya yang besar untukku yang takkan pernah habis dimakan usia.