(Sr. Faustina, AK)
Kongregasi biarawati Abdi Kristus bukanlah nama yang asing buatku. Sejarah hidupku tak lepas dari peran para Suster Abdi Kristus. Aku pernah mengenyam pendidikan di bangku SMP di bawah bimbingan para Suster Abdi Kristus. Disini pertama kali aku mulai mengenal ajaran agama Katolik. Dan saat SMP itu pula aku diperkenankan menerima Sakramen Baptis setelah sebelumnya menjalani masa Katekumen selama setahun dengan didampingi seorang Suster dan bahkan wali baptispun seorang Suster Abdi Kristus. Waktu itu aku belum banyak mengenal umat Katolik dan di wilayah tempat tinggalku belum ada yang beragama Katolik, sehingga memang kesulitan untuk mencari wali baptis.
Sebagai satu-satinya Kongregasi Biarawati yang ada di Ungaran, aku terkesan dengan hidup dan pribadi para suster yang ramah dan sederhana. Dan hal itulah awal mula yang membuatku tertarik ingin mengikuti jejak mereka. Aku sangat bersyukur atas penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidup panggilanku mulai dari masa pembinaan hingga kini.
Ciri khas perlayanan para Suster Abdi Kristus yakni dekat dengan masyarakat kecil dan sederhan, terutama di pedesaan dan kota-kota kecil dimana belum ada pelayanana dari Kongregasi lain. Hal ini nyata kualami ketika aku diutus dalam sebuah lembaga milik Keuskupan Agung Semarang yang bergerak dalam bidang pendampingan dan pemberdayaan pada orang kecil. Sasarannya adalah umat bersama rakyat, khususnya yang sering kali kita pandang berkekurangan yaitu buruh, tani dan nelayan. Wilayah dampingan dari lembaga ini meliputi desa-desa kecil di paroki dalam wilayah Keuskupan Agung Semarang. Meski demikian, kelompok dampingan tidak terbatas pada umat Katolik saja tetapi juga mencakup masyarakat sekitarnya. Pola yang digunakan adalah melibatkan, mengembangkan dan memberdayakan lewat gerakan sosial ekonomi untuk mengupayakan terwujudnya masyarakat sejahtera, bermartabat dan beriman.
Aku senang karena dalam kegiatan ini sekaligus juga dapat berpastoral. Kami bekerja di dalam tim. Ada agenda kami mengunjungi kelompok dampingan yang sebagian besar lokasinya di pelosok, di desa kecil dan sulit dijangkau. Aku merasakan aura kegembiraan setiap kali melakukan kunjungan kesana. KAmi diterima baik seperti saudara. Mereka mengaku tersanjung karena tersapa dan diperhatikan karena belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Apalagi dalam tim ini, aku satu-satunya seorang Suster dan mereka jarang bertemu dengan suster. Pengalaman ini mengingatkanku bahwa sebagai seorang suster aku diajak untuk selalu membawa kegembiraan dan menjadi berkat. Melalui tugas ini aku merasa semakin mencintai panggilanku sebagai seorang suster Abdi Kristus sekaligus meneguhkanku bahwa hidup sebagai seorang religius masih sangat relevan di dunia yang serba digital ini.
Jika saat ini aku masih berada disini, bukanlah karena usahaku semata, tetapi terutama karena kehendakNya. Bukan berarti segalanya berjalan serba indah tiada hambatan dan tantangan tetapi rahmat dan cinta Tuhanlah yang memampukan, melalui doa, dukungan keluarga, saudara, teman-teman, saudari sekomunitas dan sekongregasi. Aku bersysukur boleh menjadi bagian dari keluarga besar para Suster Abdi Kristus. Aku bangga dan bahagia menjadi Suster Abdi Kristus, karena bagiku, Abdi Kristus adalah cinta pertamaku.