REFLEKSI 50 TAHUN HIDUP MEMBIARA

Sr. M. Serafika, AK

Syukur Tuhan bahwa Engkau berkenan mendampingi, menyertaiku dalam hidup membiara di Tarekat Abdi Kristus hingga saya boleh merayakan 50 tahun. Saya dari kecil sudah ada keinginan menjadi suster, tapi tidak tahu masuk suster di mana. Saya hanya berdoa, Tuhan tunjukkan tempat di mana Engkau memanggilku. Saya senang kalau melihat Romo paroki habis misa di lingkungan lalu kunjungan ke rumah-rumah. Itu membuat kemauan saya menjadi suster lebih kuat. Waktu saya sekolah di TK, SD, SMP saya diajar oleh suster-suster AK. Saat saya kelas 3 SMP pas libur saya diajak Sr. M. Agustina, AK ke Ungaran bertemu Ibu Xaveria dan para suster yang lain yang baik dan menyapa dengan ramah. Di sini saya merasa senang. Maka saya lebih mantap untuk menjadi suster ADSK. Lulus SMP Pangudi Luhur, saya menerima surat dari pimpinan biara yang dibawa oleh Sr. Yosefin, bahwa saya bisa masuk menjadi suster ADSK. Saya senang sekali karena saya diterima di biara ADSK. Saya ke Ungaran diantar Bapak dan diserahkan kepada Ibu Xaveria, masuk postulan pada Desember 1968 dan diterima dengan senang hati. Saya masuk postulan bersama tujuh teman yang lain. Selama menjalani hidup di postulat, saya merasa senang. Panggilan saya dikuatkan, di mana saya belajar untuk berdoa, meditasi, dan bacaan rohani.

Setelah menjalani masa postulat selama 1 tahun, saya ditugaskan belajar di SPG selama 3 tahun. Lulus SPG tahun 1972, saya diperbolehkan kleding (penerimaan busana biara), lalu masuk pendidikan  di  novisiat  selama  2  tahun.  Di  novisiat  saya

mendapat banyak pengalaman, terutama memasak, memelihara bebek, angsa, dan kalkun. Tugas memasak ini menjadi bekal dalam hidupku untuk membantu menolong orang lain yang membutuhkan.

Desember tahun 1974 saya diperbolehkan profes (mengucapkan kaul I) lalu ditugaskan di Genteng, Banyuwangi. Di sini saya mendapat tugas di TK Pembina. Saya ditugasi pastor paroki untuk melatih misdinar, Legio Maria, juga menyiapkan calon komuni pertama. Setelah dua tahun, saya mendapat tugas baru di Wates, Kulon Progo. Di sini mendapat tugas di SD Kanisius, juga bertugas mendampingi misdinar, calon sambut baru, katekumen, dan pangruktiloyo. Saya juga menyempatkan diri untuk kunjungan umat dan saya diterima dengan baik. Bahkan umat mengharapkan sekali kunjungan dari suster dan romo. Ini juga saya rasakan dapat semakin menguatkan panggilan saya.

Tahun 1983 saya mendapat tugas baru di Biak, Papua. Saya tidak ada bayangan tugas di Papua itu seperti apa. Di sini saya mendapat tugas di SD St. Yusup. Selain tugas di SD, saya juga mendapat tugas dari Paroki, untuk mengadakan sekolah minggu, misdinar, menyiapkan katekumen, dan sambut baru. Saya juga melayani orang sakit, antar komuni dan kunjungan ke umat dan masyarakat. Saya mendapat kesempatan bergaul dengan berbagai suku, seperti Papua, Biak, Serui, Kei, Ambon, Flores, Toraja, Tanimbar, Batak, Sunda.

Itu semua menyenang- kan dan menguatkan panggilanku sebagai suster. Dalam pelayanan memberi komuni, baik di rumah maupun di rumah sakit, semua saya lakukan dengan jalan kaki.

Tahun 1993 saya pindah ke Nabire, Papua. Di sini saya mendapat tugas di SD St. Petrus. Di samping tugas di SD, saya mendapat tugas dari Paroki menjadi Pembina misdinar, menyiapkan calon baptis, calon komuni I, pangruktiloyo, dan mengantar komuni ke orang sakit. Saya memberitahu kepada umat, kalau ada yang sakit supaya minta doa pada Romo. Pada umumnya, mereka takut kalau didoakan Romo nanti mati. Lalu saya kasih tahu semua orang akan mati, tanpa didoakan Romo. Kalau didoakan Romo itu yang sakit itu kalau sembuh bisa sembuh  sehat  kembali, tetapi kalau meninggal sudah mendapat pengampunan dosa dan didekatkan dengan Tuhan. Setelah itu mereka tidak takut lagi mohon doa kepada Romo.

Tahun 2024 saya mendapat tugas di Wanggar untuk mendirikan TK, yang saya beri nama “TK St. Theresia Kecil” dan diterima umat masyarakat dengan baik dan sudah diresmikan pada tanggal 26 Juli 2024, dengan terlebih dahulu Misa Kudus yang dipimpin oleh Rm. Peter Benedicto Devantara, SJ. Kristus bagiku sebagai orang tua yang baik hati, yang selalu menuntun, menjaga, mendampingi saya di mana saja saya berada dan Yesus sebagai penolong di mana pun saya merasa ada rintangan yang menghalangi dalam tugas. Selama ini saya dimiliki oleh Kongregasi dengan diterima, diperhatikan dan direngkuh. Misalnya dalam doa bersama, rekoleksi, retret, dalam pelayanan, dengan sapaan yang penuh kasih, ada pemberitahuan jika ada berita, dan saling mendoakan.

Keutamaan Bunda Maria Hamba Allah, keutamaan Bunda Maria yang saya senangi dan hayati adalah kesederhanaan, giat bekerja, dan bertekun dalam doa, ramah terhadap lingkungan ciptaan Tuhan. Dalam pelayanan Santa Theresia Kecil menginspirasi saya dalam mencintai Tuhan, berdoa, tekun bekerja, rendah hati, dan melayani dengan gembira. Konstitusi sungguh menjadi pedoman bagi langkah hidup saya dalam panggilan menjadi Abdi Kristus: tekun berdoa, pelayanan terhadap orang kecil, perhatian terhadap masyarakat yang memerlukan pendampingan, perhatian tentang hidup rohani dengan doa, rekoleksi maupun retret, ramah terhadap sesama baik dalam komunitas maupun masyarakat.

Yang muncul dalam perasaan saya saait ini 50 tahun membiara yaitu bersyukur dan bersyukur atas kebaikan Tuhan yang selalu menjaga dan mendampingi dalam hidup saya sebagai suster Abdi Kristus. Semua yang ada dalam kegiatan baik adanya, dan menguatkan panggilan saya. Saya bahagia menjadi suster Abdi Kristus. Dalam biara ada kasih, tolong menolong, ada pengertian satu sama lain, baik dalam doa maupun dalam karya. Terima kasih Tuhan atas rahmat dan berkat-Mu yang selalu Engkau berikan kepada saya.

 

Like this article?

Share on facebook
Share on Facebook
Share on twitter
Share on Twitter
Share on linkedin
Share on Linkdin
Share on pinterest
Share on Pinterest

Leave a comment