Sr. M. Thadea, AK
Perasaan yang muncul pada perayaan 50 tahun hidup membiara adalah rasa syukur yang mendalam, bahagia, gembira, senang, penuh suka cita, terharu dan sekaligus bangga menjadi suster Abdi Kristus. Rasa syukur yang mendalam saya haturkan kepada Kongregasi Abdi Kristus yang telah menerima saya sebagai suster Abdi Kristus, kepada kedua orang tuaku, kakak- adik yang telah mendukung dalam doa serta merelakan saya masuk biara sampai saat ini hingga 50 tahun serah setia. Sungguh pengalaman ini luar biasa. Saya merasakan bahwa kasih Allah begitu besar yang telah memperkenankan saya boleh mengalami 50 tahun serah setia dan semua ini berkat campur tangan Tuhan dalam perjalanan hidup panggilan saya. Syukur dan terima kasih pula atas persaudaraan yang saya peroleh dari saudari-saudari sekomunitas bahkan se-kongregasi yang begitu mencintai dan merengkuh saya dengan kasih persaudaran sehingga membuat kedamaian dan kebahagiaan.
Perjalanan 50 tahun hidup membiara bukanlah perjalanan yang singkat, saya merasakan perjalanan yang begitu mengalir. Tugas perutusan saya jalani penuh suka cita, dengan segala perjuangan, pergulatan, tantangan yang tidak sedikit. Semuanya dapat teratasi karena campur tangan Tuhan. Melalui doa, saya pasrahkan semuanya kepada Tuhan dan saya yakin Dia sendiri yang menyelesaikannya.
Pengalaman yang sungguh mengesan dan tak terlupakan, adalah ketika mendapat tugas perutusan ke Papua pada tanggal 12 Juli tahun 1980. Sebuah pengalaman yang luar biasa. Kala itu saya diminta mengurus segala sesuatu sendiri, membeli tiket pesawat di Surabaya tujuan Biak ditemani Sr. M. Rufina, AK waktu itu. Baru pertama kali tentu saja ada perasaan was-was karena belum pernah pergi jauh sendirian. Namun, pada saat itu saya percaya dan yakin Tuhan akan selalu mendampingi, melindungi, dan menjaga. Ternyata saya bisa, perjalanan ke Biak-Papua sendirian dan sampai tujuan dengan lancar dan selamat. Ketika tiba sudah disambut dan dijemput oleh Sr. M. Bosco, AK dan Pastor Houdyk.
Puji dan syukur Tuhan sungguh membimbing , menuntun saya dalam keadaan apapun. Pengalaman menjadi guru di Biak tidaklah begitu mudah, butuh perjuangan, harus telaten, sabar dan tekun. Saya kagum juga bahwa bahasa yang digunakan sehari-hari di sana adalah bahasa Indonesia baik orang dewasa sampai anak-anak kecil. Sungguh cinta Tuhan luar biasa, saya dimampukan bukan hanya sebagai guru, tetapi juga berani memimpin ibadat di lingkungan, mendampingi katekumen, mempersiapkan komuni pertama, mendampingi putra-putri altar, mengirim komuni orang sakit dan lansia .
Setelah mengabdi selama lima puluh tahun, Kristus yang selalu mengasihi saya tanpa batas. Pada saat saya lemah, tak berdaya, disertai dengan doa yang tulus, mohon kepada Tuhan yang selalu memberikan pemulihan, kekuatan baru serta kedamaian dan ketenangan. Bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, pada saat ini saya telah menjadi milik Kongregasi Abdi Kristus dengan diterima dalam kasih persaudaraan, diperhatikan, direngkuh karena saya masih diperkenankan
untuk melayani melalui tugas perutusan yang dipercayakan kongregasi seperti; kunjungan orang sakit, mengirim komuni para lansia. Hal-hal sederhana ini yang dapat saya sumbangkan sebagai persembahan untuk perkembangan Kongregasi khususnya untuk bertumbuhnya panggilan di hati kaum muda dan persaudaraan di komunitas. Setiap malam saya mendoakan karya- karya kongregasi, mohon bertambahnya panggilan untuk Kongregasi Abdi Kristus. Berjalan bersama, menjalin persaudaraan dalam komunitas. Melaksanakan tugas biarpun kecil dan sederhana dengan tulus dan ikhlas merupakan persembahan kepada Tuhan sebagai Abdi Kristus. Keteladanan Bunda Maria Hamba Allah, wujud nyata yang telah saya upayakan adalah setia dalam doa. Segala sesuatu dapat saya tanggung melalui doa baik ketika dalam kesulitan dan tantangan ataupun saat-saat penuh syukur. Saya senantiasa percaya bahwa melalui doa saya diperkuat dalam iman dan dimampukan hidup sederhana, rendah hati, saling mengampuni satu sama lain, setia dalam tugas meskipun kecil dan sederhana .
Kisah hidup St. Theresia Lisieux menginspirasi saya untuk bertekun dalam mencintai Tuhan. Saya mengupayakan setia dalam doa. Dengan melakukan tugas meski kecil, sederhana saya merasa gembira, suka cita, tenang, dan tidak banyak mengeluh. St Theresia telah memberikan petunjuk dan jalan menuju pada keselamatan. Konstitusi sungguh menjadi pedoman bagi hidup saya bagaimana menjadi suster Abdi Kristus. Syukur kepada Tuhan Mgr. Willekens, SJ Bapa pendiri Kongregasi Abdi Kristus mempunyai visi jauh ke depan untuk mewartakan keselamatan kepada masyarakat kecil. Oleh karena itu, saya sebagai suster Abdi Kristus mengupayakan mewujudkan harapan dan cita-cita Bapa Pendiri, yakni dengan ikut serta dalam kegiatan menggereja, karya kerasulan dalam pelayanan di mana saya diutus. Pada saat ada momen khusus, pada Perayaan Hari Raya Kabar Suka Cita atau Hari jadi Kongregasi Abdi Kristus, bersama komunitas telah melakukan berbagi kasih kepada keluarga – keluarga miskin, lansia maupun yang sakit. Saya yakin dan percaya, apa yang saya lakukan menjadi berkat bagi banyak orang. Terima kasih Tuhan, semoga pengalaman syukur ini sungguh bermakna dalan perjalanan hidup panggilan saya.
“Bersyukurlah kepada TUHAN sebab Ia baik.
Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya”
(Mzm 136:1)