40 Tahun Serah Setia di Tarekat Abdi Kristus

Sr. M. Yovita, AK

Puji dan syukur boleh merasakan cinta Tuhan yang begitu besar. Karena rahmat-Nya saya boleh merasakan sukacita dalam panggilan hingga hari ini. Rasanya belum begitu lama bergabung dalam tarekat Abdi Kristus, bahkan tak terduga kalau saya bisa setia sampai saat ini. Pernah ada pengalaman bagaimana saya dikatakan “hidupku itu tidak nggenah kok diparengke profess”. Hal ini saya dengar sendiri, namun ternyata saya dimampukan setia sampai saat ini hingga boleh merayakan 40 tahun hidup membiara, semua itu bukan karena perkataan manusia melainkan karena rahmat Tuhan sendiri yang memampukanku. Tuhan selalu menyertai hidupku sehingga sampai saat ini boleh bersama para suster mengabdi dengan gembira, sukacita, damai sejahtera meski kadang mengalami pergulatan serta banyak kelemahan damai diriku, namun tetap berusaha menjawab panggilan Tuhan, dan senantiasa bersyukur atas kehidupan yang dianugerahkan Tuhan, terutama boleh bernafas, menikmati alam yang ada di sekitarku, yang selalu memberikan semangat dalam peziarahan panggilan hingga hari ini. Saya bahagia dan bangga menjadi seorang Abdi Kristus, lewat pengenalan diri melalui pembentukan pribadi di postulat, novisiat dan masa yuniorat, Tuhan menuntun dan mengarahkanku. Gusti mresani ati. Pelayanan dan pengalaman iman yang menjadi berkat bagi orang lain tidaklah hal yang besar-besar, tetapi kecil namun itulah yang dibutuhkan mereka (masyarakat dan teman di komunitas), saya tidak pernah memilih teman dalam hidup bersama di komunitas, apa yang sudah ditentukan oleh kongregasi itulah teman hidup bersama dalam perutusan di mana pun ditempatkan, mereka yang kulayani dan bagi siapa saja yang membutuhkan, terutama yang hidup bersama dalam komunitas dan lingkungan tempat saya ditugaskan, Kristus bagiku pada masa muda adalah sebagai Guru dan Pemimpin, yang kuteladani dalam hidup dan sebagai teman ngobrol, sebagai contoh hidup yang benar, sebagai  pegangan hidupku. Sepuluh tahun pertama saya berjuang keras dalam hidup perutusan dengan menggantikan para suster dari komunitas yang satu ke komunitas yang lain, kadang merasa dijatuhkan kadang seperti disingkirkan oleh saudara dalam komunitas tetapi setelah direfleksikan ternyata Tuhan membentuk dan menguji serta memperhatikan kesetiaan panggilanku, kadang jatuh dalam kelemahan diri maka harus banyak menambah waktu latihan rohani, membaca, mencari makna dari ekaristi yang menjadi kekuatan baru dalam menjalani panggilan yang kadang kabur dan kurang meyakinkan dalam hidup harian sebagai Abdi Kristus yang sejati.

Setelah itu saya pada tahun 1987 mendapatkan tugas study di SPK Elisabeth, dengan kemampuan yang terbatas yang saya miliki saya menjalani tugas belajar sampai dinyatakan selesai. Maka kuberanikan untuk maju kaul kekal sebagai kesetiaanku boleh menjalani panggilan sebagai Abdi Kristus. Saya dinyatakan lulus SPK pada tahun 1990 dan selanjutnya mengikuti persiapan kaul kekal dan tinggal di Komunitas Kedungrejo. Setelah itu saya pindah ke Komunitas Biak, kurang lebih 1,4 bulan berkarya di Klinik Biak panggilanku digoyahkan dengan godaan, lalu dimutasi ke Komunitas Wedi. Rengkuhan tarekat ketika panggilanku goyah sungguh kurasakan saat ini bukan saya anggap cobaan, tetapi rengkuhan kasih Allah yang menyelamatkan. Saat itu klinik cukup baik perkembangannya tapi Allah tidak berkenan saya tinggal di situ, sudah cukup mandiri di sana, kemudian tiba-tiba dipindah dengan alasan keselamatan panggilan lalu pindah di Komunitas Wedi. Kurang lebih 1 tahun dan kemudian tahun1995 pindah ke Komunitas Pangkoh. Kedatanganku di Komunitas Pangkoh awalnya serasa tidak kerasan, maka muncul pertanyaan dalam diriku, “ Apakah aku krasan tinggal di tempat ini?

Hari demi hari hari kujalani dan kualami dengan menghadapi situasi yang ada kuterima dan kuhadapi, ternyata yang awalnya saya pandang tidak mungkin, bersama Maria yang menuntun dan membimbing kehidupan semua menjadi mungkin, Allah memungkinkan diriku untuk berkarya di tempat itu. Dengan penuh tantangan dalam tugas, medannya tidak mudah dan harus berjalan dalam pengobatan dan sekalian berpastoral setiap hari Minggu memimpin ibadat di stasi dengan medan yang jauh, dan umat belum bisa membaca kecuali anak kelas 4 SD, harus sabar, pelan-pelan melatih mereka sampai bisa melakukan tugas-tugas mereka membaca, mazmur, menata persiapan ibadat, dll ). Selama di sana saya merasa lega, bersyukur bisa mendampingi mereka sampai bisa mandiri dan berjalan seperti pada umumnya. Sebagai tenaga kesehatan, memang sungguh dibutuhkan oleh masyarakat, apalagi saat harus menginfus dan saya tidak mampu melayani, akhirnya memakai cara yang sederhana (kompres dulu sambil minum obat nggih ) ternyata cukup terbantu dengan apa yang saya sarankan. Semasa tugas di Pangkoh rasanya awal tidak mungkin, tetapi setelah dijalani menjadi mungkin karena rahmat Allah yang selalu menyertai dan menuntun serta membimbing hidupku, ternyata yang menurut ukuranku (manusia tidak mungkin) bagi Allah mungkin. Dari tahun 2004 saya pindah dari Pangkoh karena sakit dan tidak mungkin kembali berkarya di situ lagi, maka di masa pemulihan saya menemani Sr. M. Christina, AK di Jajag hingga pindah ke Komunitas Karang Pilang di bulan Mei tahun 2006 dan paginya langsung ada peristiwa gempa di Yogyakarta lalu tinggal di sana sampai bulan Februari tahun 2011. Setelah itu saya ditempatkan di Komunitas Wedi dengan tugas sebagai bendahara klinik hingga tahun 2018 lalu tahun 2018 sampai sekarang tugas di Komunitas Kedungrejo sebagai bendahara Klinik Sinar Bhakti.

Dengan mengikrarkan kaul kekal saya diterima sebagai anggota Abdi Kristus secara penuh. Dengan apa adanya baik segala kelemahan dan kekurangan serta kekuatan yang ada pada diriku semakin diajak dan direngkuh kongregasi untuk semakin menyatukan hati dalam tarekat dengan belajar mendalami dan memahami konstitusi yang menjadi pedoman hidup bersama dalam kongregasi. Konstitusi sungguh harus dihidupi bersama setiap hari dan diperjuangkan dalam kehidupan di komunitas bersama para suster yang hidup bersama. Dengan dasar Cinta kasih Allah yang saya terima dan sadari, kasih Allah yang saya alami yaitu sukacita berarti tidak tergantung keadaan dan mencoba dengan hal-hal yang positif, melatih untuk sabar, berusaha setia dalam tugas tidak karena terpaksa, tidak memegahkan diri, tidak sombong dan dalam kesetiaan bersama Bunda Maria saya berusaha sedapat mungkin dengan kemauan dan kemampuan yang ada dalam diriku melakukan tugas yang dipercayakan dengan sepenuh hati dan diusahakan terus menerus dalam hidup setiap hari teruatama tentang penguasaan diri yang harus diusahakan setiap hari untuk keutuhan bersama dalam komunitas.

Persembahan hidupku untuk kongregasi yaitu hidup yang selalu meneladan Bunda Maria Hamba Allah yang lemah lembut dan rendah hati, sederhana, walaupun harus diperjuangkan dan diusahakan terus menerus setiap hari, melaksanakan tugas yang dipercayakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Dan sedapat mungkin hingga tidak jatuh dalam kesombongan diri yaitu berusaha hidup sederhana, rendah hati, mau menerima apa yang ada dalam di komunitas.

Bentuk rengkuhan kongregasi yang saya terima adalah saya disatukan dalam anggota tarekat Abdi Kristus sejak diperkenankan mengucapkan saat saya mengikrarkan tri prasetya. Menyatu dan mengenal lebih dalam situasi dalam kehidupan Abdi Kristus melalui konstitusi yang menjadi pedoman hidup bersama, direngkuh sebagai saudara dalam keluarga. Berusaha hidup sesuai konstitusi yang menjadi pedoman hidup bersama dan menjalaninya dengan sungguh-sungguh dalam kesetiaan walaupun harus jatuh bangun dalam kehidupan, kesetiaan harus diperjuangkan terus menerus selama

masih hidup.

Bunda Maria Hamba Allah yang rendah hati, sederhana, tidak memegahkan diri senantiasa menjadi tatapanku dalam menjalani hidup sebagai seorang Abdi Kristus. Begitu pula St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus menginspirasi hidupku untuk memperhatikan hal-hal kecil dan sederhana, dengan ketulusan hati melakukannya dalam hidup sehari-hari. Pengalaman ini selalu mengingatkan aku bahwa baik bagiku belum tentu baik bagi orang lain.

Konstitusi juga menjadi bagian pedoman hidupku dalam mengaruhi perjalanan panggilan dalam kongregasi Abdi Kristus. Dengan berpedoman pada konstitusi ini mampu menyatukan semangat dalam mengabdi Tuhan dan sesama dalam kongregasi, karena dilengkapi dengan tata cara yang lain yang menjadi tuntunan dalam hidup bersama. Kasih setia Tuhan kurasakan dalam hidup setiap hari mewarnai dan menghantarku untuk tekun dan berani berusaha terus-menerus hidup lebih baik di hadapan Tuhan lewat sesama yang kujumpai dalam hidup setiap hari. Saya telah menerima kasih, suka cita, damai sejahtera dalam hidupku yang diterima dari Tuhan sebagai bekal mengarungi perjalanan peziarahan yang harus kuterapkan dan aku telah menerimanya dengan cuma-cuma maka kucoba dan kubagikan dengan cuma-cuma pula.

Like this article?

Share on facebook
Share on Facebook
Share on twitter
Share on Twitter
Share on linkedin
Share on Linkdin
Share on pinterest
Share on Pinterest

Leave a comment