MERDEKA MENGASIHI
Ada yang indah, adhem dan mendamaikan di setiap pagi di sekitar rumah Generalat Abdi Kristus Gedanganak Ungaran. Suara burung berkicau menyambut pagi. Beruntungnya kami, tidak perlu memelihara burung namun selalu dapat menikmati keindahan suaranya bagai kidung syukur dan sukacita mengawali hari. Burung-burung itu terbang dengan riang di pepohonan, dari dahan ke dahan, merdeka di alam bebas. Kehidupan yang aman dan damai. Tak ada ancaman, tak ada rintangan. Bebas merdeka menikmati anugerah kehidupan. Bahagianya burung-burung itu.
Memandang kehidupan saat ini… Betapa dahsyat pandemi covid-19 merenggut begitu banyak kebebasan manusia. Tak lagi bebas ke mana-mana, mesti menggunakan protokol kesehatan, mesti mematuhi aneka persyaratan. Benarkah kita tak lagi merdeka? Teringat mazmur tanggapan di setiap Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia “Kamu dipanggil untuk kemerdekaan, maka abdilah satu sama lain dalam cinta kasih”. Di tengah pandemi ada panggilan untuk merdeka, untuk saling mengabdi dalam cinta kasih, untuk mengasihi.
Corona memang kejam, namun panggilan mulia untuk mengasihi lebih kuat menggugah jiwa. Para suster Abdi Kristuspun terpanggil untuk berbuat sesuatu, untuk turut ambil bagian dalam kemerdekaan mengasihi walau dilanda pandemi. Gerakan berbagi mendapat sambutan yang luar biasa. Seluruh komunitas dengan berbagai cara bermurah hati membagikan apa yang dimiliki. Uang, sembako, alat mandi, bea siswa, dsb. Inilah gerakan nyata mengasihi mereka yang paling membutuhkan. Para buruh, pesuruh, ojek, ojol, tenaga kebersihan, keamanan, dsb. Dalam situasi keprihatinan dan kesesakan masih ada hati yang berbelas kasih, empati dan peduli pada yang lain.
Kebaikan hati itu menular. Ada seorang janda yang menerima sembako lalu membaginya dengan tetangga yang juga membutuhkan. Ada sopir angkot yang tak menyangka mendapat sembako dan uang lalu menerimanya dengan mata berkaca-kaca sembari berucap “terima kasih” disambung “alhamdulilah” oleh satu-satunya penumpang saat itu. Ada penerima bantuan yang memberi informasi tetangga atau orang lain lagi yang lebih membutuhkan. Sungguh Tuhan begitu dekat. Ia menolong siapapun melalui kita. Pertanyaannya, maukah aku? Menjadi penolong, menjadi pengasih, menjadi “sempurna” seperti Allah Bapa di surga.
Panggilan untuk merdeka adalah panggilan untuk membebaskan diri dari segala kepentingan pribadi. Tuhan yang hadir dalam diri sesama yang paling membutuhkan adalah yang terpenting di antara banyak hal penting. Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih (Gal. 5: 13).
Jayalah Indonesiaku. Merdekaaa…!
Ungaran, Pada Hari Raya Kemerdekaan Indonesia 2020
Sr. M. Bertha Sisilia Priyantiningsih, AK